Halo teman-teman, apa kabar? Semoga dalam keadaan baik-baik saja
ya. Di tulisan kali ini aku mau membahas tentang konten Eco Blogger Gathering
kemarin (15/10/2021). Pada gathering #EcoBloggerSquad kemarin mengangkat tema
“Bumi Semakin Panas, Kode Merah Bagi Kemanusiaan” dengan pembicara kak Anggi dari
Madani Berkelanjutan dengan dipandu oleh kak Fransiska Soraya seperti biasa.
Acaranya seru sekali dan tentu saja materinya pun “daging” banget. Selain itu,
kita juga bisa bertukar pikiran dan pendapat antar blogger, sehingga kitab isa saling
mendapatkan insight baru.
Kamu merasa nggak sih saat ini cuaca sangat panas sekali? Tapi
kadang-kadang tiba-tiba hujan deras terus tiba-tiba panas lagi. Kira-kira
kenapa ya? Mungkin Sebagian dari kita sadar bahwa bumi sedang tidak baik-baik
saja, yah betul this is the red code for humanity! Menurut Laporan dari
IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), suhu permukaan global 1,09C
lebih tinggi dalam sepuluh tahun antara 2011 – 2020 dan lima tahun terakhir ini
adalah suhu terpanas dalam sejarah sejak 1850, loh! Menurut Paris Agreement
seharusnya pemanasan global tak melebihi 1,5 derajat celcius.
Selain itu, ternyata pengaruh manusia sangat mungkin menjadi
alasan utama dalam terjadinya krisis iklim. Indonesia juga merupakan yang
“highly vulnerable” terhadap dampak krisis iklim. Namun sayangnya, Indonesia
sendiri merupakan negara ter-denial dalam hal ketidakpercayaan bahwa pemanasan
global dipicu oleh manusia (Berdasarkan survey yang dilakukan oleh YouGove,
perusahaan analitik data di Inggris, sebagai bagian dari Proyek Globalisme YouGove-Cambridge
dan The Guardian pada 2019). Lalu, sebagai generasi muda, apa yang bisa kita
lakukan? Simak tulisan ini sampai habis ya!
1. Eat less meat
Pasti kamu sudah tidak asing lagi dengan pernyataan bahwa salah
satu cara menekan pemanasan global adalah dengan mengurangi makan daging. Yup,
hal ini senada dengan laporan IPCC bahwa memerangi pemanasan global bisa
dimulai dengan urusan kita dalam memilih makanan, loh! Menurut Food and
Algiculture Organization, daging merupakan salah satu produk pangan dengan
emisi terbesar, misalnya daging sapi per kilogramnya bisa menghasilkan 26,5
kilogram gas emisi.
Faktor penyebabnya antara lain karena produksi pangan sapi, kotoran
ternak, distribusi daging, pembukaan lahan untuk peternakan. Ketika lahan makin
berkurang, populasi semakin bertambah, dibungkus dengan iklim yang semakin
memanas, maka ini merupakan kombinasi yang mengkhawatirkan.
Namun masalahnya adalah di negara yang masih berkembang seperti di
Indonesia sendiri masyarakatnya masih kekurangan dalam mengonsumsi daging.
Sementara itu, di negara maju masyarakatnya terlalu banyak makan daging. Hal
ini menunjukkan bahwa kelas menengah ke atas masih terlalu banyak mengonsumsi
daging, sedangkan kalangan kelas bawah masih kekurangan. Oleh karena itu
dibutuhkan terlebih dahulu kesadaran tentang hal ini. Berita baiknya saat ini
tren vegan dan vegetarian meningkat secara signifikan, banyak orang yang mulai
sadar tentang gaya hidup ini, dan banyak juga restoran yang mulai menyediakan
menu atau berkonsep vegan dan vegetarian, loh. Semoga semakin banyak lagi orang
yang sadar akan korelasi antara konsumsi daging dengan pemanasan global,
sehingga kita semua sebagai penduduk bumi bisa menekan pemanasan global.
2. Say no to plastic bags
Di keseharian kita pasti kerap menemukan plastik, baik dalam
bentuk kantong plastik maupun botol hingga sedotan. Tahukah kamu bahwa plastik
mengandung metana dan etilena yang merupakan senyawa berbahaya. Hal inilah yang
berkontribusi dalam pemanasan global karena senyawa tersebut menghasilkan gas
rumah kaca. Belum lagi plastik sangat amat sulit terurai, karena dibutuhkan
waktu ratusan hingga ribuan tahun. Apalagi pernah ada penemuan sebuah tumpukan
besar plastik di Samudera Pasifik. Sampah plastik tersebut sangat berpotensi
mengganggu dan mencemari keseimbangan ekosistem laut. Contohnya pernah ada Paus
yang mati dan terdampar di Wakatobi yang ternyata di dalam perutnya penuh
dengan sampah plastik. Sangat mengenaskan bukan?
Nah, jadi yuk mulai kebiasaan diet plastik, misalnya dengan selalu
membawa kantong belanjaan sendiri dan membawa botol sendiri. Jika kita terpaksa
menggunakan plastik, maka jangan langsung membuangnya, tetapi simpan dan
gunakan lagi untuk nanti. Memang sulit untuk memulai kebiasaan baik dan simple
ini, tetapi kalau tidak mulai sekarang kapan lagi? Bahkan kalau kita tidak
melakukan tindakan pencegahan pun pemanasan global akan tetap terjadi.
3. Stop food waste
Hayo siapa di sini yang kalau makan sering nggak habis? Hehehe aku
adalah salah satunya. Tahukah kamu bahwa ternyata menyisakan makanan dan
membuangnya begitu saja ternyata berdampak besar buat lingkungan, mengapa
begitu? Mari kita lihat data! Menurut The Economist Intelligence unit, sepertiga
dari seluruh makanan di dunia (1,3 juta ton makanan) terbuang sia-sia. Kemudian,
setiap orang di Indonesia ternyata menghasilkan 300 kg sampah makanan per
tahunnya, loh. Sangat banyak ya?!
Lalu apa kaitannya dengan pemanasan global? Jadi, ternyata makanan
yang terbuang sia-sia dan tertimbun di tanah akan terurai dan menghasilkan metana
yang merupakan gas rumah kaca. Hal inilah yang menyebabkan naiknya suhu bumi,
karena faktanya gas metana 25 kali lebih kuat dalam memerangkap panas matahari
dibandingkan dengan karbondioksida. Belum lagi dalam proses pembuatan pangan
pun berarti harus terbuang sia-sia karena makanan yang tersisa.
Sungguh memprihatinkan juga karena ternyata kita sebagai individu yang
masih bisa makan dengan mudah tetapi masih juga membuang-buang makanan. Sementara
itu, di luar sana masih banyak orang yang kurang beruntung dan bahkan
kekurangan gizi. Oleh karena itu, kita harus lebih peduli dan sadar tentang
dampak dari kebiasaan food waste ini. Yuk mulai perubahan kecil dari
diri sendiri!
4. Thrift the clothes
Tahukah kamu bahwa ternyata thrifting bukan cuma ramah di
kantong, tetapi thrifting juga punya manfaat lainnya buat lingkungan,
loh. Apalagi saat ini tren belanja baju bekas sedang melonjak tinggi di
kalangan anak muda dan semakin populer di kalangan masyarakat luas. Lalu sebenarnya
apa peran thrifthing buat lingkungan? Hal ini karena industri fashion
seringkali mengeluarkan banyak desain baru dalam waktu singkat, sehingga
membuat masyarakat lebih konsumtif dalam membelanjakan pakaian agar selalu
mengikuti tren. Sementara itu, industri fashion juga menyumbang limbah yang
banyak dan sulit terurai, misalnya dalam membuat satu celana jeans saja
dibutuhkan beberapa ratus air galon. Oleh karena itu, membeli pakaian bekas
alias thrifting sama saja membuat kita berperan dalam mengurangi
pencemaran limbah dan menjaga lingkungan.
5. Speak up!
Cara yang
paling mudah adalah speak up! Sering-seringlah menyuarakan tentang isu
lingkungan, krisis iklim, dan pemanasan global kepada orang di sekitar tentang
betapa mendesak dan pentingnya isu ini. Kamu juga bisa mengikuti beragam
komunitas yang peduli terhadap isu lingkungan, baik di sekolah, kampus, atau di
manapun. Dengan menyuarakan ini, maka akan berdampak pada tumbuhnya kesadaran
orang-orang di sekitarmu yang belum paham akan isu lingkungan dan pemanasan
global. Yuk jadikan isu lingkungan sebagai bahan obrolan di tongkrongan!
Nah, itu
dia lima hal sederhana yang bisa kita lakukan dalam menghadapi pemanasan
global. Semoga bermanfaat ya teman-teman! 😊
Salam
generasi restorasi, untukmu bumiku! 💚