Halo teman-teman, kali ini aku mau nulis tentang konten acara Eco Blogger Gathering yang diselenggarakan pada Rabu, 14 April 2021. Eits tunggu, Eco Blogger Gathering itu apa? Jadi, Eco Blogger Gathering itu acara yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network bekerjasama dengan Walhi, Lingkar Temu Kabupaten Lestari, dan Hutan Itu Indonesia. Terus kok aku bisa ikutan gathering ini? Nah, jadi aku terpilih menjadi bagian dari Eco Blogger Squad.
Duh apaan
lagi sih itu Eco Blogger Squad? Eco Blogger Squad adalah komunitas yang
beranggotakan para blogger yang memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan
hidup, terutama perubahan iklim dan perlindungan hutan. Di komunitas ini, para
blogger bisa saling belajar tentang isu lingkungan hidup, meningkatkan berbagai
keterampilan, berjejaring dengan blogger lainnya, dan tentunya
bersenang-senang.
Pada
gathering kali ini menghadirkan tiga pembicara yang keren-keren, ada siapa aja
sih? Pertama ada Pak Yuyun Harmono selaku manajer kampanye keadilan iklim
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), kak Gita Syahrani selaku kepala
sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), dan kak Christian Natalie
selaku manajer program Hutan Itu Indonesia. Acara ini semakin seru karena
dipandu oleh kak Fransiska Soraya dari Blogger Perempuan Network.
Eco
Blogger Gathering pertama ini mengangkat topik “Hutan Indonesia sebagai Solusi
dalam Mitigasi Iklim.” Acara ini diselenggarakan dalam rangka
menyambut hari bumi, acara tahunan yang jatuh pada tanggal 22 April dan
dirayakan di seluruh dunia. Lalu, mengapa hari bumi penting untuk dirayakan? Simak
tulisan ini sampai akhir ya!
“Hari
bumi itu dirayakan bukan tentang menyelamatkan bumi, tetapi tentang
menyelamatkan manusia.” Kak Gita Syahrani – Kepala sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL)
Pak Yuyun
Harmono: Perubahan Iklim dan Peran Hutan Indonesia
Perubahan iklim yang
terjadi saat ini tak lepas dari perilaku kita sebagai manusia yang merupakan
salah satu penghuni planet hijau ini. Perilaku kita sebagai individu atau
ekonomi, sosial, model produksi atau konsumsi telah berperan penting pada
kondisi bumi. Terjadinya perubahan iklim, pemanasan global, sampai dengan
kebakaran hutan tak lepas dari ulah tangan manusia yang katanya adalah
khalifah. Dari sini kita bisa melihat bahwa apa yang kita lakukan tidak
hanya berpengaruh pada diri kita sendiri atau lingkungan sekitar kita, tetapi
juga pada bumi kita.
Pak Yuyun Harmono
menyinggung tentang seorang scientist di UK yang menyatakan
bahwa perubahan suhu bumi telah meningkat drastis, yakni sudah naik hingga akan mendekati 1,5°C. Penting bagi kita untuk melihat konteks iklim dengan
rata-rata suhu bumi karena dampaknya sangat luar biasa. Pada 2017 saja suhu bumi sudah mencapai 1°C loh! Lalu, apa yang akan terjadi apabila suhu bumi sudah menyentuh
Dampak Pemanasan Global
Dari gambar di atas kita bisa melihat bahwa perubahan iklim akan mengancam eksistensi kita sebagai manusia di bumi tempat tinggal kita. Kemudian, pemanasan global juga mengancam biodiversitas/ekosistem. Oleh karena itu, membatasi pemanasan suhu hingga 1,5 °C akan secara signifikan mengurangi risiko dampak yang ditimbulkan oleh iklim terhadap keanekaragam hayati dan ekosistem, termasuk hilangnya spesies dan kepunahan. Apa saja sih keuntungan lain yang bisa didapatkan ketika kita bisa menekan laju kenaikan suhu bumi?
1. Membatasi pemanasan suhu hingga 1,5°C akan mencegah prediksi pengurangan 50% untuk tanaman dan vertebrata dan 66% untuk serangga. Sementara, jika suhu melebihi 1,5 °C akan berdampak pada beberapa spesies, ekosistem, fungsi ekologi, dan layanan mereka kepada manusia, bahkan jika pemanasan global akhirnya stabil pada suhu 1,5 °C di tahun 2100.
2. Membatasi pemanasan hingga 1,5°C akan mengurangi kasus kelangkaan air, seperti yang melanda kawasan Mediterania, Afrika Selatan, dan banyak negara kepulauan kecil yang mengalami kekurangan air bersih.
3. Pemanasan global pun mempengaruhi bahan pangan kita, yakni banyaknya kasus gagal panen atau kekurangan pangan. Menurut laporan IPCC, membatasi pemanasan global hingga 1,5°C dibandingkan dengan 2 °C akan mengurangi risiko gagal panen, berkurangnya kandungan nutrisi pangan, dan risiko yang lebih rendah terhadap produksi tanaman di Afrika Sub-Sahara, Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Selatan.
4. Pada bidang kesehatan, IPCC menjelaskan bahwa setiap peningkatan pemanasan lobal akan berdampak pada kesehatan manusia, khususnya di daerah perkotaan, karena daerah perkotaan lebih hangat daripada daerah pedesaan sekitarnya. Hal ini akan menyebabkan peningkatan risiko beberapa penyakit yang ditularkan melalui vektor, seperti malaria dan demam berdarah. Namun, risiko penyakit terkait panas dan kematian berkurang pada suhu 1,5 °C dibandingkan dengan 2 °C. Bahkan Covid-19 yang terjadi pun dapat dikaitkan dengan kerusakan lingkungan karena akibat ruang hidup sampah yang awalnya inang virus tidak terjadi kemudian ekspan ke ruang hidup manusia.
Perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya berbagai macam bencana. Tren bencana di Indonesia saat ini adalah 6 dari 10 bencana merupakan bencana hidrometereologi, seperti banjir, longsor, dan puting beliung yang dipicu oleh faktor perubahan iklim. Bencana hidrometereologi tersebut selama 10 tahun terakhir mengalami peningkatan. Beberapa kasus terakhir adalah di Kalimantan Selatan, di NTT, dan NTB. Dalam upaya melakukan mitigasi iklim, kita harus melihat prinsip energi berkeadilan. Apa aja sih prinsip energi berkeadilan? Simak gambar di bawah ini ya.
Dalam
konteks ini, WALHI melihat bahwa membangun energi berkeadilan itu berarti tidak
ada yang ditinggalkan, termasuk buruh dan pekerja yang layak. Transisi
berkeadilan itu berarti kedaulatan pangan dan melindungi hutan serta
keanekaragaman hayati kita. Menjaga hutan akan berimbas pada keuntungan lainnya
yang akan kita dapatkan.
Ketika hutan dirusak akan berkontribusi pada perubahan iklim, tetapi ketika kelestariannya terjaga maka akan menjadi solusi atas krisis iklim yang terjadi. Penting bagi kita untuk terus menjaga hutan Indonesia agar tetap lestari dan terhindar dari ekspansi industri perkebunan skala besar (baik sawit, kayu, dan sebagainya) dan ekspansi pertambangan. Jadi menjaga hutan tetap lestari penting bagi upaya mitigasi iklim dan sekaligus pengakuan hak atas hutan kepada masyarakat adat dan masyarakat lokal. Ketika hutan lestari, maka akan mendukung ekonomi terjaga, karena hutan itu sumber pangan dan sumber energi.
Setelah
kita mengetahui kondisi iklim global dan khususnya perubahan suhu yang terjadi
di Indonesia, apa saja yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi kita? Jawabannya
tentu saja hutan Indonesia sebagai solusi untuk menyelamatkan bumi. Hutan bukan
hanya dijaga, tetapi juga harus diselamatkan kelestariannya agar masyarakat
adat/sosial menjadi sejahtera dan hutan juga bisa memberikan kontribusi yang
baik bagi ekonomi kita.
Kak
Gita Syahrani: Visi Ekonomi Lestari Demi Mewujudkan Lingkungan yang Terjaga dan
Masyarakat Sejahtera
Tahukah
kamu bahwa transaksi e-commerce terus melonjak tajam hampir 80% yang berarti
pola ekonomi Indonesia saat ini di dominasi oleh perdagangan online. Namun, mirisya mayoritas produk yang kita beli bukan produk buatan Indonesia.
Padahal Indonesia memiliki komoditas lokal yang sangat menjanjikan. Hutan
Indonesia menghasilkan banyak komoditas yang melimpah dan potensi pasarnya pun
terbuka lebar. Kita harus membuka mata kita bahwa hasil hutan bukan hanya kayu saja,
ataupun hanya bahan mentah yang belum diolah. Banyak sekali masyarakat adat
ataupun UMKM yang mengolah hasil hutan menjadi produk berkelanjutan.
Konsep
ekonomi lestari dapat diterapkan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan
menyejahterakan masyarakat lokal. Dalam hal ini, ekonomi lestari menawarkan
keseimbangan aspek lingkungan, sosial, ekonomi dalam kebijakan, perencanaan,
dan program. Ekonomi lestari juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
daerah, mengurangi kemiskinan, dan pengangguran. Pada tahap selanjutnya akan
menuju pada nol deforestasi dan degredasi hutan dan gambut. Dengan begitu, daya
saing daerah pun akan meningkat karena memanfaatkan komoditas lokal yang akan
diolah secara lestari dan memperhatikan aspek lingkungan. Dari sini terlihat
bahwa visi ekonomi lestari ideal diterapkan untuk Indonesia yang mempunyai potensi
komoditas lokal melimpah, dari mulai madu, tengkawang, damar, cendana, pegagan,
kayu putih, kopi, daun kelor, dan masih banyak lagi. Jangan sampai hasil hutan
hanya dikenal kayu saja atau bahan mentah yang belum diolah. Komoditas lokal
dapat diolah menjadi produk berkelanjutan, baik untuk makanan, industri
kecantikan, pakaian, kerajinan, dan lain-lain.
Konsep
ekonomi lestari kurang lebih sejalan dengan teori ekonomi donat yang
dikemukakan Kate Raworth (doughnut economy) pada tahun 2012. Dalam konsep
ekonomi donat, Kate Raworth mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan yang terbatas
dan eksistensi manusia di bumi yang akan terancam akibat terjadinya krisis
iklim dan atau krisis sosial. Oleh karena itu, kita tidak bisa selamanya
bergantung pada konsep ekonomi konvensional yang diperkenalkan oleh ekonom
terkemuka, seperti Max Weber.
Konsep
ekonomi donat berbentuk seperti donat, yakni terdiri dari dua lingkaran.
Lingkaran dalam menggambarkan sumber daya yang cukup bagi manusia untuk
memiliki kehidupan baik, seperti makanan, air bersih, tempat tinggal, sanitasi,
dan sebagainya. Sementara itu, lingkaran luar menggambarkan batasan-batasan
alam yang dimiliki bumi, seperti potensi terjadinya krisis iklim, polusi,
penipisan ozon, gas rumah kaca, punahnya spesies, dan sebagainya. Lalu ada
ruang yang berada di antara keduanya, nah di ruang ini manusia harus berjuang
untuk dapat hidup sejahtera karena di sini merupakan ruang aman secara ekologis
dan adil secara sosial.
Christian
Natalie: Hutan adalah Jawaban untuk Menghentikan Krisis Iklim
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan dalam misi menyelamatkan hutan, salah satunya dengan kampanye. Mengapa
kampanye hutan itu penting? Karena perspektif masyarakat perkotaan terhadap
hutan itu sebagai sesuatu yang jauh (out
of sight, out of mind), kemudian karena hutan terlalu jauh sehingga tidak
terkoneksi, dan yang terakhir filtered
information yang membuat informasi tentang hutan tidak selalu bisa kita
lihat. Hal tersebut membuat obrolan tentang hutan harus dinaikkan agar semakin
banyak orang yang “mengenal” hutan. Dalam hal ini Hutan Itu Indonesia (HII) sebagai gerakan
terbuka yang percaya akan kekuatan pesan positif untuk memberikan cinta kepada
hutan Indonesia yang berpengaruh pada kehidupan manusia, sehingga berusaha
untuk mengkampanyekan hutan dalam rangka mendekatkan hutan dan menumbuhkan
cinta. Wujud nyata kampanya HII tercermin dari beberapa program yang berupa
kampanye jaga hutan, cerita dari hutan,
adopsi pohon, produk hutan non-kayu, dan jalan-jalan ke hutan.
Sekali
lagi dapat ditegaskan bahwa hasil hutan bukan hanya kayu karena hutan juga
menghasilkan komoditas pangan (bahan baku dan olahan makanan, minuman),
komoditas kerajinan (bahan olahan hasil hutan yang dibuat untuk aksesoris
maupun digunakan untuk hasil sekunder lainnya), dan pengelola jasa lingkungan
(komunitas masyarakat maupun individu di sekitar hutan dengan memperhatikan
perlindungan biodiversitas, kekayaan budaya, dan pelestarian air, udara, dan
lain-lain). Adapun hasil hutan kayu yang legal adalah dengan mencantumkan
beberapa label atau sertifikasi eco label, seperti FSC, Forests for All Forever, Indonesian Legal Wood, Bangga Buatan
Indonesia.
Momentum
Hari Bumi memberikan trigger yang baik bagi kita. Dalam meningkatkan kampanye
dan narasi tentang hutan dengan konsisten terlepas dari latar belakang kita,
maka kita akan bisa menyelamatkan eksistensi kita sebagai manusia dan bumi sebagai
tempat tinggal kita. Hutan itu bukan hanya pohon, tetapi hutan juga menyimpan
flora, fauna, budaya, wisata, pangan sehingga jika hutan punah, maka akan sulit
tergantikan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tetap menjaga kelestarian
hutan Indonesia.
Dapat disimpulkan bahwa hutan memiliki peranan penting dalam menyelamatkan bumi dari krisis iklim yang tengah terjadi. Perlu digarisbawahi juga perilaku kita sebagai manusia berkontribusi dalam menyumbang terjadinya krisis iklim ini. Kita bisa berkolaborasi untuk berkontribusi menjaga hutan Indonesia, kita memiliki irisan kepentingan yang kuat atas isu hutan terlepas dari apapun latar belakang kita.
Jika kita bisa berkontribusi dan berperan sesuai profesi kita masing-masing, maka narasi tentang pentingnya hutan dalam mitigasi perubahan iklim akan terdengar oleh lebih banyak orang. Dengan begitu, akan semakin banyak orang yang sadar bahwa kondisi bumi sekarang ini sedang tidak baik-baik saja. Ketika kita bisa memperlakukan hutan dengan baik, mengolah hasilnya secara lestari dan berkeadilan, maka lingkungan akan terjaga, kondisi bumi akan membaik, dan manusia akan sejahtera. Maka kembali lagi pada pernyataan awal bahwa sejatinya merayakan hari bumi itu untuk menyelamatkan manusia karena pada dasarnya bumi akan tetap baik-baik saja walaupun tanpa ada manusia di dalamnya.
Sampai di sini catatan Eco Blogger Gathering pertama dalam rangka memperingati Hari Bumi. Terima kasih ya sudah membaca tulisanku, semoga bermanfat dan jangan lupa bagikan tentang informasi ini agar semakin banyak orang yang tahu tentang mengapa kita perlu menjaga hutan dan alasan mengapa hari bumi diperingati. Selamat Hari Bumi!😊