Sudah pernah mendengar Desa Nusantara? Atau masih terdengar asing di telinga kamu? Bukan, ini bukan tentang Nusantara si IKN yang baru 😃 Bagiku yang pertama mendengar desa ini juga masih tampak asing dan menebak apa hal istimewa dari desa ini sampai menyandang nama Nusantara. Awalnya, kupikir ini merupakan sebuah desa dengan latar belakang budaya, agama, suku, ras yang heterogen, tetapi ternyata lebih dari itu. Pada online gathering #EcoBloggerSquad yang pertama di tahun 2023 ini membahas topik tentang mengenal lebih dekat komunitas lokal di desa Nusantara bersama Walhi Nasional (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia).
Desa
Nusantara merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten
Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, dengan luas wilayah 259.300 hektar.
Berdasarkan rekam sejarah, terbentuknya desa ini karena adanya program transmigrasi
oleh Pemerintah Orde Baru pada tahun 1970-an. Dinamakan desa Nusantara karena
perusahaan yang mendapatkan tender untuk pembukaan lahan dan pembangunan
kawasan di jalur 27 Air Sugihan bernama PT Nusantara.
Secara
latar belakang, pendatang di Desa Nusantara mayoritas berasal dari Jawa Timur,
seperti Kediri, Madiun, Nganjuk, dan Mojokerto. Motif pendatang ikut program
transmigrasi ini tentu saja ingin memperbaiki nasib. Harapannya dengan pindah
ke wilayah trans ini, akan dapat memiliki kehidupan yang lebih baik secara sosial
ekonomi. Namun sayangnya tak sesuai harapan. Pasalnya saat awal pindah ke
wilayah desa Nusantara, para transmigran menyadari bahwa wilayah ini merupakan
lahan dan rawa gambut yang sulit untuk dikelola. Tak hanya itu, fasilitasnya
pun kurang memadai, akses jalan terbatas, bangunan rumah berupa panggung.
Tak
berhenti di situ, dari aspek kesehatan pun cobaan datang di awal pemindahan
berupa adanya wabah kolera. Setiap hari ada saja warga yang meninggal karena
wabah ini. Gaya hidup yang tidak sehat, air yang tidak bersih, pola makan yang
tidak bergizi, dan hama yang menularkan
penyakit disinyalir menjadi penyebabnya. Pemerintah memberikan solusi
pembangunan puskedes dan memberikan obat oralit untuk warga sehingga wabah pun
perlahan dapat teratasi.
Pertumbuhan Pertanian di Desa Nusantara
Pada
awalnya memang sulit bagi warga untuk mengembangkan dan mengelola lahan pertanian
di Desa Nusantara. Hal ini karena lahan gambut nyaris tidak berhasil disulap
untuk menjadi lahan pertanian. Selain itu, mereka juga harus berperang dengan
satwa liar, terutama gajah. Untuk mengatasi ini, operasi ganesha dilakukan.
Operasi ganesha sendiri merupakan pemindahan ratusan gajah dari Kecamatan Air
Sugihan menuju Kecamatan Lebong Hitam, Lampung. Gajah sebagai satwa yang
dilindungi ini dipindahkan guna mengurangi dampak pembukaan hutan rawa yang
secara otomatis berdampak pada berkurangnya habitat dan ruang hidup gajah.
Selain
itu, warga juga berperang dengan hama yang merusak tanaman di lahan pertanian,
sepeti hama tikus, kera, ulat, dan babi yang menyerang dan merugikan tanaman
sehingga tidak ada yang bisa dipanen. Sumber air yang tidak memadai juga
memperparah hal ini. Pada awalnya warga menamam padi dari bibit yang dibawa
dari Jawa. Disusul tanaman jagung, sukun, ubi yang ditanam setelah padi.
Tahun
1995 merupakan titik terang dan jawaban akan asa serta kesabaran warga, sebab
saat itu mereka berhasil menemukan cara untuk membabat. Pertanian di desa
Nusantara pun semakin bersinar perlahan. Padi, kopi liberica, nanas, nangka,
buah naga, jeruk kunci, cabe rawit berhasil ditanam. Berbagai jenis ikan juga
ditemukan di kolam rumah warga, dari mulai ikan betik, gabus, lele, belut, dan
masih banyak lagi. Kebun karet juga menjadi komoditi menjanjikan yang berhasil
ditanam warga di desa Nusantara.
Lambat
laun Desa Nusantara semakin maju dan sejahtera. Desa ini menyandang gelar desa
ekologis pada tahun 2016, karena berhasil menjadi contoh sukses desa yang
berhasil mengembangkan pertanian sawah di lahan gambut. Di saat lahan gambut
tidak terawat hingga banyak kerugian yang dialami dan bencana karhutla yang
menghantui, Nusantara mampu mengatasinya setelah kisah panjang yang dilalui di
awal program transmigrasi di wilayah Air Sugihan.
Petani
di Desa Nusantara mampu memperlihatkan bagaimana ketahanan pangan dapat
terwujud di tengah krisis global yang terjadi dan memastikan bahwa krisis
pangan tidak akan terjadi. Hal ini karena mereka berhasil menyulap lahan gambut
menjadi pertanian dan tidak mengalami kerusakan, seperti bencana karhutla.
Di bawah Ancaman Perusahaan Sawit
Hidup tidak selamanya berjalan lancar,
pasti ada saja ujian yang menghampiri. Di tengah keberhasilan pertanian yang
dikelola warga, ada banyak ancaman yang menghantui. Selain karena adanya monopoli
penjualan pupuk dan pestisida oleh warga, mereka juga menghadapi konflik dengan
perusahaan sawit. Pada tahun 2005, sebuah perusahaan sawit mengklaim lahan
persawahan warga sebagai hutan yang tidak pernah dikelola dan merupakan hak
guna usaha (HGU).
Terdapat sebanyak 18 desa di
Kecamatan Air Sugihan, termasuk Desa Nusantara, yang digarap oleh perusahaan
sawit tersebut. Pada tahun 2007, perusahaan sawit telah melakukan pembebasan
lahan di 17 desa, tersisa satu desa yang belum, yaitu Desa Nusantara. Desa
Nusantara merupakan satu-satunya yang menolak pembayaran untuk pembebasan lahan
seluas 1.200 hektare. Sampai pada tahun 2015, warga masih terusik oleh
perusahaan sawit. Namun, karena warga tak berhenti melakukan perlawanan, maka
perusahan sawit pun menyerah.
Untuk merespon perusahaan sawit,
warga pun membentuk Forum Petani Nusantara Bersatu pada tahun 2007. Forum ini
dibentuk guna memastikan tanah untuk rakyat dan wadah aspirasi warga. Warga menyadari
bahwa adanya intervensi perusahaan sawit di lahan pertanian mereka, maka akan ada
ancaman bagi keseragaman komoditi yang awalnya ada keseragaman dari mulai padi
hingga kopi, tetapi akan diubah menjadi hanya sawit.
Bukan sampai disitu saja, ancaman
lainnya tentu saja dengan penyeragaman komoditi menjadi sawit juga akan
mengancam lingkungan. Walaupun sawit menyumbang pendapatan besar nasional di
luar sektor migas, tetapi pada praktek pengelolaannya mengamcam lingkungan.
Bapak Yuliusman selaku Direktur Eksekutif Walhi Sumatera Selatan menyatakan
bahwa kemenangan masyarakat Desa Nusantara belum sepenuhnya, Walhi akan
memastikan bahwa ruang kelola akan selamat dan terproteksi.
Walhi mencetuskan program Dana
Nasional pada tahun 2022 untuk mendukung inisiatif komunitas dalam melakukan
pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dengan memberikan bantuan
pendanaan yang terjangkau dan mudah diakses.
Implementasi program Dana Nasional dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat dan lingkungan hidup di Indonesia, di antaranya adalah:
1. Mendorong kemandirian komunitas lokal
2. Meningkatkan partisipasi komunitas lokal dalam pengelolaan sumber daya alam
3. Membangun kesadaran komunitas lokal terhadap isu lingkungan hidup
4. Berkontribusi pada keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam
5. Meningkatkan partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak
Desa Nusantara menjadi salah satu
contoh sukses pemanfaatan lahan gambut menjadi pertanian dan menjadi desa ekologis
di Indonesia. Desa Nusantara juga merepresentasikan kemajuan desa dengan
pengelolaan komoditas yang beragam guna terciptanya ketahanan pangan dan
terhindar dari krisis iklim. Selain itu, Desa Nusantara juga sebagai contoh
bahwa hak-hak rakyat harus dipertahankan dan lingkungan hidup harus bisa diselamatkan.
Panjang umur perjuangan! ✊💚