Mengenal Desa Nusantara, Desa Ekologis di Indonesia

09.23

Sudah pernah mendengar Desa Nusantara? Atau masih terdengar asing di telinga kamu? Bukan, ini bukan tentang Nusantara si IKN yang baru 😃 Bagiku yang pertama mendengar desa ini juga masih tampak asing dan menebak apa hal istimewa dari desa ini sampai menyandang nama Nusantara. Awalnya, kupikir ini merupakan sebuah desa dengan latar belakang budaya, agama, suku, ras yang heterogen, tetapi ternyata lebih dari itu. Pada online gathering #EcoBloggerSquad yang pertama di tahun 2023 ini membahas topik tentang mengenal lebih dekat komunitas lokal di desa Nusantara bersama Walhi Nasional (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia).

Sumber foto: Walhi SumSel via sumsel.suara.com

Desa Nusantara merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, dengan luas wilayah 259.300 hektar. Berdasarkan rekam sejarah, terbentuknya desa ini karena adanya program transmigrasi oleh Pemerintah Orde Baru pada tahun 1970-an. Dinamakan desa Nusantara karena perusahaan yang mendapatkan tender untuk pembukaan lahan dan pembangunan kawasan di jalur 27 Air Sugihan bernama PT Nusantara.

Secara latar belakang, pendatang di Desa Nusantara mayoritas berasal dari Jawa Timur, seperti Kediri, Madiun, Nganjuk, dan Mojokerto. Motif pendatang ikut program transmigrasi ini tentu saja ingin memperbaiki nasib. Harapannya dengan pindah ke wilayah trans ini, akan dapat memiliki kehidupan yang lebih baik secara sosial ekonomi. Namun sayangnya tak sesuai harapan. Pasalnya saat awal pindah ke wilayah desa Nusantara, para transmigran menyadari bahwa wilayah ini merupakan lahan dan rawa gambut yang sulit untuk dikelola. Tak hanya itu, fasilitasnya pun kurang memadai, akses jalan terbatas, bangunan rumah berupa panggung.

Tak berhenti di situ, dari aspek kesehatan pun cobaan datang di awal pemindahan berupa adanya wabah kolera. Setiap hari ada saja warga yang meninggal karena wabah ini. Gaya hidup yang tidak sehat, air yang tidak bersih, pola makan yang tidak bergizi, dan  hama yang menularkan penyakit disinyalir menjadi penyebabnya. Pemerintah memberikan solusi pembangunan puskedes dan memberikan obat oralit untuk warga sehingga wabah pun perlahan dapat teratasi.

Pertumbuhan Pertanian di Desa Nusantara

Pada awalnya memang sulit bagi warga untuk mengembangkan dan mengelola lahan pertanian di Desa Nusantara. Hal ini karena lahan gambut nyaris tidak berhasil disulap untuk menjadi lahan pertanian. Selain itu, mereka juga harus berperang dengan satwa liar, terutama gajah. Untuk mengatasi ini, operasi ganesha dilakukan. Operasi ganesha sendiri merupakan pemindahan ratusan gajah dari Kecamatan Air Sugihan menuju Kecamatan Lebong Hitam, Lampung. Gajah sebagai satwa yang dilindungi ini dipindahkan guna mengurangi dampak pembukaan hutan rawa yang secara otomatis berdampak pada berkurangnya habitat dan ruang hidup gajah.

Selain itu, warga juga berperang dengan hama yang merusak tanaman di lahan pertanian, sepeti hama tikus, kera, ulat, dan babi yang menyerang dan merugikan tanaman sehingga tidak ada yang bisa dipanen. Sumber air yang tidak memadai juga memperparah hal ini. Pada awalnya warga menamam padi dari bibit yang dibawa dari Jawa. Disusul tanaman jagung, sukun, ubi yang ditanam setelah padi.

Tahun 1995 merupakan titik terang dan jawaban akan asa serta kesabaran warga, sebab saat itu mereka berhasil menemukan cara untuk membabat. Pertanian di desa Nusantara pun semakin bersinar perlahan. Padi, kopi liberica, nanas, nangka, buah naga, jeruk kunci, cabe rawit berhasil ditanam. Berbagai jenis ikan juga ditemukan di kolam rumah warga, dari mulai ikan betik, gabus, lele, belut, dan masih banyak lagi. Kebun karet juga menjadi komoditi menjanjikan yang berhasil ditanam warga di desa Nusantara.

Lambat laun Desa Nusantara semakin maju dan sejahtera. Desa ini menyandang gelar desa ekologis pada tahun 2016, karena berhasil menjadi contoh sukses desa yang berhasil mengembangkan pertanian sawah di lahan gambut. Di saat lahan gambut tidak terawat hingga banyak kerugian yang dialami dan bencana karhutla yang menghantui, Nusantara mampu mengatasinya setelah kisah panjang yang dilalui di awal program transmigrasi di wilayah Air Sugihan.

Petani di Desa Nusantara mampu memperlihatkan bagaimana ketahanan pangan dapat terwujud di tengah krisis global yang terjadi dan memastikan bahwa krisis pangan tidak akan terjadi. Hal ini karena mereka berhasil menyulap lahan gambut menjadi pertanian dan tidak mengalami kerusakan, seperti bencana karhutla.

Di bawah Ancaman Perusahaan Sawit

Hidup tidak selamanya berjalan lancar, pasti ada saja ujian yang menghampiri. Di tengah keberhasilan pertanian yang dikelola warga, ada banyak ancaman yang menghantui. Selain karena adanya monopoli penjualan pupuk dan pestisida oleh warga, mereka juga menghadapi konflik dengan perusahaan sawit. Pada tahun 2005, sebuah perusahaan sawit mengklaim lahan persawahan warga sebagai hutan yang tidak pernah dikelola dan merupakan hak guna usaha (HGU).

Terdapat sebanyak 18 desa di Kecamatan Air Sugihan, termasuk Desa Nusantara, yang digarap oleh perusahaan sawit tersebut. Pada tahun 2007, perusahaan sawit telah melakukan pembebasan lahan di 17 desa, tersisa satu desa yang belum, yaitu Desa Nusantara. Desa Nusantara merupakan satu-satunya yang menolak pembayaran untuk pembebasan lahan seluas 1.200 hektare. Sampai pada tahun 2015, warga masih terusik oleh perusahaan sawit. Namun, karena warga tak berhenti melakukan perlawanan, maka perusahan sawit pun menyerah.


Sumber Foto Walhi Nasional

Untuk merespon perusahaan sawit, warga pun membentuk Forum Petani Nusantara Bersatu pada tahun 2007. Forum ini dibentuk guna memastikan tanah untuk rakyat dan wadah aspirasi warga. Warga menyadari bahwa adanya intervensi perusahaan sawit di lahan pertanian mereka, maka akan ada ancaman bagi keseragaman komoditi yang awalnya ada keseragaman dari mulai padi hingga kopi, tetapi akan diubah menjadi hanya sawit.

Bukan sampai disitu saja, ancaman lainnya tentu saja dengan penyeragaman komoditi menjadi sawit juga akan mengancam lingkungan. Walaupun sawit menyumbang pendapatan besar nasional di luar sektor migas, tetapi pada praktek pengelolaannya mengamcam lingkungan. Bapak Yuliusman selaku Direktur Eksekutif Walhi Sumatera Selatan menyatakan bahwa kemenangan masyarakat Desa Nusantara belum sepenuhnya, Walhi akan memastikan bahwa ruang kelola akan selamat dan terproteksi.

Walhi mencetuskan program Dana Nasional pada tahun 2022 untuk mendukung inisiatif komunitas dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dengan memberikan bantuan pendanaan yang terjangkau dan mudah diakses.

Implementasi program Dana Nasional dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat dan lingkungan hidup di Indonesia, di antaranya adalah:

1. Mendorong kemandirian komunitas lokal

2. Meningkatkan partisipasi komunitas lokal dalam pengelolaan sumber daya alam

3. Membangun kesadaran komunitas lokal terhadap isu lingkungan hidup

4. Berkontribusi pada keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam

5. Meningkatkan partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak

Desa Nusantara menjadi salah satu contoh sukses pemanfaatan lahan gambut menjadi pertanian dan menjadi desa ekologis di Indonesia. Desa Nusantara juga merepresentasikan kemajuan desa dengan pengelolaan komoditas yang beragam guna terciptanya ketahanan pangan dan terhindar dari krisis iklim. Selain itu, Desa Nusantara juga sebagai contoh bahwa hak-hak rakyat harus dipertahankan dan lingkungan hidup harus bisa diselamatkan.

Panjang umur perjuangan! ✊💚

 

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts