Mengenal Tentang Social Engineering dan Cara Menjadi Nasabah Bijak di Era Digital

07.10

Jam di tanganku menunjukkan pukul 20.00 WIB ketika aku sampai di depan stasiun Yogyakarta. Jadwal keberangkatan keretaku tepat pada pukul 9 malam lebih dari Yogyakarta menuju Jakarta, tetapi aku memutuskan untuk segera check in dan menunggu di dalam stasiun. Untuk membunuh waktu, aku membuka smartphone-ku dan berselancar di media sosial Twitter yang lebih sering aku gunakan saat ini. Kemudian, jariku memutuskan untuk berhenti scrolling home Twitter ketika mataku menangkap sebuah retweet dari mutualku (read-teman) berupa tweet dari BRI yang menginfokan tentang beredarnya kabar hoaks terkait perubahan biaya transaksi BRI yang meningkat tajam.



Kabar hoaks tersebut rupanya masih sering beredar dan semakin meresahkan. Pasalnya kabar hoaks ini telah menelan banyak korban, termasuk temanku yang hampir saja menjadi korbannya. Terlebih, saat membaca reply di cuitan BRI tersebut ternyata banyak juga nasabah yang hampir menjadi korban karena mendapatkan informasi tersebut melalui jejaring pesan WhatsApp dan berbondong-bondong mengirimkan screenshoot nomor yang menyebarkan kabar burung tersebut.

Dari postingan BRI tersebut, aku pun mendapatkan insight baru terkait penipuan perbankan di era digital saat ini. Ternyata modus penipuan saat ini semakin beragam dan canggih, serta istilahnya pun masih terdengar asing di telinga awam, salah satunya bernama social engineering. Melihat maraknya berita atau bahkan ada teman/kerabat/keluarga yang menjadi korban modus penipuan perbankan ini menyeramkan sekali ya guys. Kalau kita sebagai nasabah saja kurang awas, maka nggak heran kalau tiba-tiba saldo rekening kita terkuras. Oleh karena itu, yuk kita menjadi nasabah bijak agar transaksi perbankan kita selalu aman terkendali. Yuk kita pelajari bersama apa saja sih modus kejahatan siber sektor perbankan yang ada dan sering terjadi!

Mengenal Modus Social Engineering yang Marak Terjadi

Sebelum mengenali modusnya, kita harus tahu apa itu social engineering terlebih dahulu yuk. Melansir dari Kaspersky dikatakan bahwa social engineering merupakan teknik manipulasi yang memanfaatkan human error untuk mendapatkan akses data pribadi, data akun maupun data finansialnya kepada pelaku. Social engineering (disingkat soceng) juga dapat didefinisikan sebagai begal rekening. Pelaku soceng biasanya menyamar sebagai bagian dari pegawai bank, pihak e-commerce, maupun jasa keuangan untuk memanipulasi dan meyakinkan korban.

Sebagai contoh nih masih membicarakan tentang Twitter, saat berselancur di Twitter aku menemukan tweet seseorang yang sedang mengadukan suatu kendala tentang transaksi di bank BRI dan ia mention akun resmi BRI. Sejurus kemudian, para akun Customer Service bodong langsung menanggapinya dengan cara me-reply maupun quote retweet yang seolah-olah akun CS bodong ini merupakan akun resmi BRI dan memberikan solusi dengan cepat tanggap. Jika orang tersebut langsung menanggapinya, maka tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan menjadi korban soceng. Mirisnya hal seperti ini banyak sekali loh, bahkan akun resmi BRI pun harus mengingatkan nasabah yang melakukan pengaduan terkait kendala apapun bahwa yang merespon selain akun bercentang biru maka itu palsu.



Nah, dari hal itu kita bisa melihat bahwa ada beberapa modus kejahatan perbankan dengan social engineering, yaitu pertama ada modus menyamar sebagai akun layanan konsumen palsu. Seperti contoh di atas ketika ada banyak akun CS bodong yang berkeliaran di media sosial yang menyasar nasabah dengan berbagai keluhan transaksi, lalu akun bodong meminta nasabah memberikan data pribadi atau memberikan link tautan dengan alibi akan menyelesaikan keluhan.

Yang kedua ada modus info perubahan tarif transfer bank, seperti contoh kasus di atas ketika bank BRI menemukan bahwa ada oknum yang menyampaikan perubahan tarif transfer bank kepada nasabah. Hal ini tentu saja ditepis oleh bank BRI karena merupakan berita hoaks dan ini termasuk modus soceng yang menyasar nasabah agar korban mengisi link formulir yang berisi data pribadi yang pada akhirnya menguras rekening korban.

Ketiga ada modus tawaran menjadi nasabah prioritas yang dilakukan dengan cara memberikan iklan atau promosi kepada nasabah kelompok kaya atau prioritas dengan cara meminta korban mengisi formulir berisi data pribadi yang juga termasuk ATM, PIN, OTP, hingga password. Kemudian yang keempat ada modus tawaran menjadi agen laku pandai. Laku Pandai sendiri merupakan singkatan dari Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif sebagai program dari Otoritas Jasa Keuangan untuk menyentuh masyarakat yang belum tersentuh perbankan. Layanan ini melibatkan perbankan dengan cara menawarkan masyarakat untuk menjadi agen laku pandai, contohnya agen BRILink. Nah hal ini juga dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab menjadi modus soceng dengan cara menawarkan kepada korban, mempersulit prosesnya, dan meminta korban untuk mentransfer sejumlah uang.

Data Tentang Kejahatan Perbankan di Era Digital

Saat ini kita berada di era digital, era di mana banyak dampak positif yang bisa kita rasakan dengan kemajuan teknologi informasi. Namun hal ini bukan hanya dampak positif saja, ada dampak negatif juga yakni semakin marak dan canggihnya kejahatan apapun, termasuk juga kejahatan perbankan. Kejahatan perbankan di era digital dengan mudahnya dilakukan dan terjadi melalui saluran smartphone, internet, dan kartu debit/kredit yang kita gunakan. Jenis-jenis kejahatan perbankan dapat berupa skimming, Phising, One Time Password (OTP), Vishing (voice phising), Sim Swap.

Menurut KataData, berdasarkan laporan dari Direktoran Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri pada kuartal II-2022 di Indonesia terdapat 5.579 serangan phising (penggandaan data nasabah melalui layanan internet banking, SMS, dan penyebaran link). Ditemukan bahwa serangan phising kuartal II meningkat dibanding kuarta I 2022. Laporan meningkatnya serangan ini karena faktor masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen atas pentingnya literasi keuangan dan faktor pelaku phising yang memiliki banyak domain.



Sementara itu, dalam lima tahun terakhir berdasarkan data tentang penipuan online terhitung sejak 2016 hingga 2020, terdapat total 7.047 pengaduan kasus penipuan online. Berdasarkan rerata, berarti terdapat 1.409 kasus penipuan online terjadi setiap tahunnya. Peluang penipuan online ini terbuka luas karena pengguna media sosial di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya (191, 4 juta per Januari 2022 – data reportal in Indonesia) sehingga hal ini pun harus dibarengi dengan literasi digital agar terhindar dari kejahatan siber, termasuk dalam kejahatan siber perbankan.


Menjadi Nasabah Bijak Di Tengah Modus Penipuan yang Semakin Marak

Mengingat bahwa kejahatan perbankan di era digital semakin marak terjadi, sehingga kita perlu mengedukasi dan membekali diri kita dan menjadi penyuluh digital untuk orang-orang di sekitar kita agar bisa memiliki literasi digital dan terhindar dari kejahatan siber. Melansir dari Instagram @nasabahbijak ada beberapa tips yang bisa kita terapkan untuk terhindar dari penipuan online bermodus social engineering.

Teliti sebelum mengklik: misalnya ketika kita menerima pesan WhatsApp yang mengatasnamakan pihak bank, lalu dia mengirim suatu link yang mencurigakan, maka kita jangan buru-buru klik ya karena bisa jadi itu cara oknum untuk mengambil data pribadi kita.

Jangan bagikan PIN: benar sekali PIN merupakan hal yang bersifat pribadi yang seharusnya hanya diri kita yang tahu, jadi jangan pernah membagikan PIN ke orang lain ya, termasuk juga ke pihak bank. Bukan hanya PIN saja, termasuk juga Username, password, kode OTP harus kita rahasiakan dari siapapun.

Bayar dengan metode yang aman: ada kalanya ketika kita bertransaksi pembelian online, lalu ada metode transfer yang ditawarkan dengan diimingi promo, bebas biaya administrasi, bebas biaya transfer oleh penjual. Tetap waspada bisa jadi itu merupakan modus soceng, pastikan membayar dengan metode yang aman saja ya.

Waspada nomor tidak dikenal: abaikan saja jika ada pesan dari nomor tak dikenal yang mengaku sebagai pihak bank dan meminta atau menginformasikan tentang segala promo atau layanan atau kebijakan bank. Cari tahu dan catat nomor yang digunakan bank secara resmi ya.


Nah itu tadi pembahasan seputar kejahatan perbankan di era digital. Jangan lupa untuk selalu waspada ya karena seperti kata bang Napi bahwa “kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tetapi juga karena adanya kesempatan. Waspadalah, waspadalah!”😆. Semoga bermanfaat, bagikan juga pengalamanmu di kolom komentar jika merasa tidak asing dengan modus soceng ini ya, dan jangan lupa bagikan ke teman-teman sepersekutuan alias circle kamu agar sama-sama belajar menjadi penyuluh digital.

You Might Also Like

17 komentar

  1. Penipuan dalam digital seperti ini bukan hal baru. Dan lagi-lagi banyak orang yang tertipu. Bukan hanya dalam perbankan, kita juga harus waspada terhadap segala bentuk penipuan. Makin maju teknologi, makin kreatif penipu bikin skenario untuk aksi mereka. Terima kasih, Kak Afifah telah membagikan tip-tip untuk kita agar lebih awas. 👍

    Ditunggu artikel-artikel berikutnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo kak Andhea terima kasih sudah membaca 😊 betul sekali kak, saya setuju dengan pernyataan kak. Sama-sama, tetap waspada ya kak 😊

      Hapus
  2. Harus di share ke grup emak2 biar ga kena tipu mulu😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa banget kak dishare biar nggak kena tipu mulu 😅 Terima kasih sudah membaca 😊

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Termakasih informasi serta tipsnya agar lebih waspada dam menjadi nasabah yg lebih bijaksana dalam menyaring informasi yg diperoleh ka Fifah

    BalasHapus
  5. Nice post, ini berguna banget infonya supaya kita tidak terkecoh atau tertipu dengan modus-modus penipuan yang mengatasnamakan bank atau pihak bank. Thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali kak, terima kasih sudah membaca 😊

      Hapus
  6. Ketika kita hidup di era modern, dimana kemajuan teknologi berkembang dengan pesat, maka pasti terdapat pengaruh positif namun juga disertai dengan dampak negatifnya. Oleh karena itu informasi ini penting sekali untuk dishare ke publik dimana akan dapat membantu sedikit banyaknya mengenai literasi kejahatan di media sosial sebagai pengetahuan dan peringatan agar pembaca (khususnya) selalu mawas diri dan berhati-hati terhadap satu jenis kejahatan ini. Semoga dengan ini, banyak masyarakat Indonesia terbantu untuk "melek informasi" dan semakin membudayakan banyak membaca, karena hanya dengan itu kita akan memperoleh banyak wawasan sehingga menjadi lebih berhati-hati atas setiap langkah yang diambil kedepannya. Terima kasih author atas tulisannya, sangat bermanfaat dan membantu kami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju sekali kak dengan pernyataan kakak, kita juga perlu membekali diri dengan literasi digital agar bisa terhindar dari kejahatan siber yang semakin canggih. Terima kasih juga kak sudah membaca 😊

      Hapus
  7. Baru banget baca threadnya ada yang kena tipu dari telegram, ternyata dia dm ke akun palsu bukan official. Harus lebih hati-hati lagi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah ternyata selain dari WhatsApp juga dari telegram ya kak 😩 hati-hati ya dan semoga selalu dilindungi 😇

      Hapus
  8. cuma travelofah yang bisa bikin aku fokus baca sampe selesai! entah kenapa ga ngebosenin buat aku yang sama sekali gasuka baca :') btw, back to topik ga nyangka kalo upaya penipuan ternyata banyak banget yang aku kira cuman phishing & OTP aja.. jadi makin aware sii habis baca ini.. thank you!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah terima kasih banyak kak 🥰 betul sekali ternyata modus penipuan kini semakin canggih kak sejalan dengan perkembangan teknologi juga, jadi harus lebih berhati-hati lagi dan semoga kita dijauhkan dari modus penipuan apapun 😇

      Hapus

Popular Posts